Percetakan & Sablon, Cetak Undangan, Kartu Nama, Cetak Foto Media Kayu, Gantungan Kunci Bambu, Pin & Bros, Plakat, Sablon Mug, Sablon Kaos, Sablon Topi, Dll. WA : 0878 2019 7027 Email: pangrangoprint@gmail.com


2/02/2017

MASUKNYA AGAMA ISLAM KE INDONESIA

 

MAKALAH

MASUKNYA AGAMA ISLAM KE INDONESIA


A.    Pendapat Para Sejarawan Tentang Masuknya Islam ke Indonesia

Menurut Hamka (1963:87-88, dalam Hasjmy, 1990:3), agama Islam masuk ke Indonesia secara berangsur- angsur dan dimulai pada abad ketujuh Masehi. Agama Islam datang ke Indonesia dengan dibawa oleh saudagar-saudagar Islam. Saudagar-saudagar tersebut bukan hanya dari Arab saja, melainkan ada yang berasal dari Persia dan Gujarat.
Muhammad Said membuat kesimpulan (1963:226-227, dalam Hasjmy, 1990:4), sumber-sumber sejarah Arab mengatakan bahwa di Sumatra sejak abad sembilan. Pada abad tersebut di berbagai bandar sudah banyak pendatang Arab yang beragama Islam. Sebaliknya, menurut sumber-sumber orang luar (Arab dan Tionghoa) Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah yakni sekitar abad tujuh sampai dengan abad kedelapan.
Haji Abu Bakar Aceh memberi kesimpulan (1963:127, dalam Hasjmy, 1990:4), Islam masuk ke Indonesia pertama kali di Aceh. Penyiar Islam pertama tidak hanya dari India dan Gujarat, akan tetapi ada dari bangsa Arab. Mazhab pertama yang dipeluk di Aceh adalah Syiah dan Syafi’i.
Muljana (2008:130), menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad kedua belas. Hal ini dikarenakan pada akhir abad kedua belas ditemukan kerajaan Islam yang bernama Perlak di daerah pantai timur Sumatra. Kerajaan itu diberi nama Peureulak karena didirikan oleh para pedagang asing dari Maroko, Persi, Gujarat, dan Mesir yang sejak awal abad kedua belas sudah menetap di sana.
Selain pendapat-pendapat para sejarawan diatas ada juga beberapa teori lain yang menyebutkan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Teori-teori tersebut diantaranya adalah teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia. Ketiga teori tersebut tidak membicarakan masuknya Islam dari setiap pulau tapi hanya menganalisis dari Sumatra dan Jawa sebab dua wilayah itu yang merupakan sampel wilayah Nusantara lainnya. Dalam teori Gujarat menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh para pedagang dari Gujarat. Kemudian, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ketiga belas. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya batu nisan pertama Sultan kerajaan Samudra, yakni Malik al-Saleh yang wafat 1297. Teori Makkah merupakan suatu teori yang dihasilkan dari koreksi dan kritik Hamka. Teori yang ketiga adalah teori Persia, teori ini lebih memfokuskan pada kebudayaan yang hidup dalam masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia. Dalam teori Persia dijelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ketiga belas dengan dibawa oleh saudagar dari Gujarat. Jika kita melihat, teori Gujarat dan Persia itu mempunyai kesamaan. Perbedaan dalam kedua teori ini terletak pada ajarannya. Dalam teori Gujarat dijelaskan bahwa Islam mempunyai kesamaan ajaran dengan mistik India. Namun, dalam teori Persia memandang bahwa adanya kesamaan ajaran sufi Indonesia dengan ajaran sufi Persia (Suryanegara, 1996:74-93).
Dari semua pendapat-pendapat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa menurut pendapat yang paling kuat Islam masuk ke Indonesia pada awal abad pertama Hijriyah yakni abad tujuh Masehi. Sebaliknya, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ketiga belas dan masuknya ke Indonesia pertama kali dibawa oleh saudagar-saudagar dari Arab.



B.     Kerajaan- Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ada banyak, antara lain:
1.      Kerajaan Islam di Peureulak
Menurut catatan sejarah bahwa pada tahun 173 Hijriyah (800 Masehi) telah berlabuh sebuah kapal milik para saudagar Islam yang dipimpin oleh nahkoda khalifah di kerajaan Peureulak. Para saudagar tersebut datang dari Teluk Kambey (Gujarat). Para saudagar tersebut datang ke Peureulak bukan hanya berniat untuk berdagang saja, akan tetapi juga untuk menyebarkan Islam di Indonesia.
Kerajaan Peureulak semula bukan kerajaan Islam, tetapi setelah Islam datang dan tersebar di Peureulak maka berdirilah kerajaan Islam di Peureulak. kerajaan Islam Peureulak berdiri pada hari selasa, satu Muharram 225 Hijriyah (840 Masehi). Sultan pertama kerajaan ini adalah Saiyid Maulana Abdul Aziz dengan gelar Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Ibukota kerajaan ini adalah Bandar Peurelak, akan tetapi kemudian diubah namanya menjadi Bandar Khalifah.

2.      Kerajaan Islam Samudra Pasai
Pada tahun 433 Hijriyah (1042 Masehi) datang seorang keluarga Sultan Mahmud Peureulak di Tanon Data. Beliau datang kesana dengan tujuan untuk menyebarakan Islam dan  membangun kerajaan Islam Samudra Pasai. Sultan pertama kerajaan tersebut adalah Mahmud Syah dengan gelar Maharaja Mahmud Syah, beliau juga sering disebut dengan Meurah Giri. Menurut catatan sejarah kerajaan Islam Samudra Pasai memiliki tamaddun dan kebudayaan yang tinggi, antara lain: Telah mempunyai pemerintahan dan lembaga- lembaga Negara yang teratur, perekonomian dan keuangan yang stabil, perdagangan yang maju, lembaga- lembaga ilmu pengetahuan yang berkembang, angkatan perang dan hubungan luar negri yang teratur, mata uang sendiri.
Ibnu Batutah sendiri telah menulis tentang kemajuan dan teraturnya kerajaan Samudra Pasai. Beliau menulis dalam bukunya bahwa kerajaan tersebut memiliki raja-raja yang alim, bijaksana, berani dan cinta kepad ulama, sedankan menteri-menterinya arif dan budiman, ulama-ulamanya shalih dan jujur.
3.      Kerajaan Darussalam
Di daerah Aceh besar terdapat kerajaan yang bernama Indra Purba. Kerajaan ini berdiri sekitar 2000 tahun sebelum nabi Isa, selama ribuan tahun kerajaan tersebut selalu mengalami pasang surut. Pada tahun sekitar 450 sampai dengan 460 Hijriyah (1059 sampai dengan 1069 Masehi), tentara cina menyerang kerajaan Indra Purba yang pada masa tersebut di perintah oleh Maharaja Indra Sakti. Pada waktu perang berlangsung tibalah di kerajaan Indra Purba dua pasukan yang dikirim oleh kerajaan Islam Peureulak. Dengan demikian, bertambah kuatlah kekuatan kerajaan Indra Purba sehingga kerajaan Indra Purba mengalami kemenangan. Untuk  membalas jasa maka Maharaja Indra Sakti mengawinkan putrinya dengan Meurah Johan, salah seorang putra mahkota dari kerajaan Lingga.
Pada hari Jumat, Ramadlan 601 Hijriyah (1025 Masehi) diubahlah nama kerajaan Indra Purba dengan nama kerajaan Darussalam dengan ibukotanya Bandar Darussalam. Sultan Pertama di kerajaan ini adalah Meurah Johan dengan gelar Sultan Alaiddin Johan Syah. Setelah membuat ibukota baru yaitu Bandar Darussalam, beliau juga membuat kota peristirahatan yang nantinya di kota itulah beliau dimakamkan.
Selain kerajaan-kerajaan tersebut masih banyak kerajaan Islam lain yang lahir setelah kerajaan Hindu-Budha runtuh, diantaranya adalah kerajaan Demak di Jawa, kerajaan Lingga di Aceh Tengah, kerajaan Islam Jaya, dan lain-lain.

C.    Perkembangan Islam di Indonesia
Menurut Wahab (2004:6) mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan proses damai. Islam berkembang di Indonesia melalui beberapa jalan, diantaranya: Jalur perdagangan, lembaga pendidikan, dan pondok pesantren.
1.      Jalur Perdagangan
Suryanegara (1978:1, dalam Wahab, 2004:6) menjelaskan bahwa kedatangan Islam di Indonesia dikembangkan melalui jalur perdagangan dan daerah yang pertama di datangi oleh Islam adalah Sumatra dan Jawa. Hal ini didasarkan adanya perdagangan Arab dan dunia timur yang berlangsung sejak abad kedua sebelum Masehi. Selain itu, adanya berita dari Cina bahwa di Sumatra Barat terdapat seorang pembesar Arab yang menjadi kepala Arab Islam pada tahun 674 Masehi.
2.      Jalan Pendidikan
Wahab (2004:8) menyebutkan bahwa agama Islam selain dikembangkan melalui jalan perdagangan juga melalui jalan pendidikan. Ini dibuktikan dengan adanya lembaga pendidikan, lembaga tersebut sekarang masih ada, seperti: pondok pesantren, masjid, surau, dan sebagainya. Adanya pondok pesantren membuat agama Islam melakukan pembaharuan dalam masyarakat, budaya, dan kehidupan beragama.
Menurut Anshari (1976:176, dalam Wahab, 2004:7), “Kedatangan Islam ke Indonesia ini membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia”.
3.      Pondok Pesantren
Menurut Wahab (2004:9), kehidupan pondok pesantren zaman sekarang dengan pondok pesantren zaman dahulu telah mengalami perubahan dalam sistem pendidikannya atau keadaan lainnya. Dalam pendidikan zaman dahulu para santri diwajibkan tinggal di asrama pondok, hal inilah yang menyebabkan adanya jalinan kasih sayang yang kuat diantara para murid dan pendidik.
            Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa Islam dibawa dan disebarkan bukan dengan kekerasan, melainkan dengan perdamaian dan hal itu pulalah yang membawa Islam mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Menurut para pakar sejarah (Wahab, 2004:10), hal-hal yang terkait dengan perkembangan masuknya Islam di Indonesia adalah permulaan abad pertama Masehi yang para pedagang asing seperti Tiongkok, India, dan Arab mulai berlayar melalui pelayaran Indonesia. Kemudian setelah Islam lahir dan berkembang di Arab, akhirnya masuk juga di negara Indonesia pada abad ketujuh Masehi. Islam masuk ke Indonesia pertama di daerah Sumatra dibawa oleh pedagang Persi, India, dan juga utusan dari bangsa Arab.
            Para ahli yang mengatakan Islam masuk di Sumatra pada abad ketujuh Masehi antara lain: Sayid Alwi bin Tahir Alhaddad Mufsi, H. M. Zaenudin (beliau mengatakan bahwa pada abad ketujuh saat Rasulullah masih hidup dan singgah pertama di Sumatra Utara yaitu Kampung Lamuri), dan H. Zaenal Arifin Abbas, (beliau menerangkan bahwa pada tahun 684 Masehi ada seorang pemimpin Arab Islam yang berangkat ke Tiongkok dan beliau sudah punya pengikut di Sumatra Utara).
            Menurut para ahli masuknya Islam di Sumatra adalah pada abad ketujuh Masehi. Hal ini dapat dibuktikan melalui peninggalan-peninggalan yang ditemukan, seperti di daerah Minangkabau Timur yang terdapat beberapa batu nisan yang diperkirakan dibuat pada abad ketujuh Masehi. Selain itu, di daerah Barus dan Riau terdapat kuburan besar dari ulama penyiar Islam yang mempunyai tanda batu-batu besar yang bergambar bulan bintang. Di daerah Riau juga ada  nama-nama daerah yang bersifat ke Arab-araban, seperti: kota Kutib, Iskandariyah, Kuffah, dan sebagainya. Sedangkan, di daerah Barus Tapanuli ditemukan batu yang bertuliskan huruf Arab, yang isinya adalah pencarian empat murid terhadap gurunya yang mengajar Islam di Barus. Batu itu diperkirakan dibuat pada abad ketujuh Masehi.
            Islam tidak hanya berkembang di Sumatra, akan tetapi juga di Jawa. Perkembangan Islam di Jawa disebarkan oleh para wali Sembilan (wali songo) yang hidup pada masa kesultanan Demak yang terjadi antara tahun 1500 sampai dengan 1550. Para wali tersebut dalam pemerintahan bertugas sebagai penasihat raja. Wali-wali tersebut antara lain: Wali yang mengembangkan Islam di Jawa Timur adalah Maulana Malik Ibrahim, Raden Rahmat (Sunan Ampel), Sunan Giri (Maulan Ainul Yakin). Selanjutnya, Wali yang mengembangkan Islam di Jawa Tengah adalah Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Muria, Syaikh Siti Jenar. Selain itu, Wali yang mengembangkan Islam di Jawa Barat adalah Sunan Gunung Jati (Fatahillah).





Share:

Arsip Blog