MAKALAH
Kelompok :
Sinta Nuraeni
Siti Marwah
MTS AL-IKHLAS
PACET - CIANJUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatrahmat dan hidayahnya akhirnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Sejarah Masuknya Islam ke Nusantara’
Berdasarkan sumber-sumber yang kami dapat dari luar maupun dari dalam, walaupun masih
banyak kekurangan. Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai
sejarah masuknya islam ke Indonesia, juga memberikan penjelasan yang jelas mengenai proses masuknya islam ke Indonesia serta
menjelaskan islam pada masa yang akan datang.
Diharapkan
bahwa makalah ini membantu pembaca untuk memahami dengan lebih baik tentang
sejarah masuknya islam ke indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna, disebabkan karena terbatasnya kemampuan kami, oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami perlukan dari pembaca terutama
dari Bapak Dosen Bimbingan kami. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, penduduk
kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi
lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan
antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara.
Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah
yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana
menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan
India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di
Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing.
Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M
sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan
Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.
Bersamaan
dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka
tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang
berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di
Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun
belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
1.2 Tujuan
Makalah ini
mempunyai tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai proses perkembangan islam di Indonesia bagi para pembaca.
Disamping itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada
para pembaca bahwa kami menjelaskan sejarah perkembangan islam dan perkembangan
pada masa yang akan datangnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Asal-usul masuknya Islam di Nusantara
Risalah
Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. di Jazirah Arab pada abad ke-7
masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat wahyu dari Allah swt. Setelah kematian
Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga Samudra Atlantik dan Asia
Tengah di Timur.
Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Di abad
ke-18 dan 19 masehi, banyak daerah Islam jatuh ke tangan Eropa. Setelah Perang
Dunia I, Kerajaan Ottoman, yaitu kekaisaran Islam terakhir tumbang. Jazirah
Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang dilewati oleh jalur
sutera. Kebanyakkan Bangsa Arab merupakan penyembah berhala dan sebagian
merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah adalah tempat suci bagi
bangsa Arab ketika itu karana terdapat berhala-berhala mereka dan Telaga Zamzam
dan yang paling penting sekali serta Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim beserta
Ismail.
Nabi
Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah yaitu 570 masehi. Ia
merupakan seorang anak yatim sesudah kedua orang tuanya meninggal dunia.
Muhammad akhirnya dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib. Muhammad menikah dengan
Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang bahagia. Namun, ketika Nabi Muhammad
saw. berusia 40 tahun, beliau didatangi Malaikat Jibril Sesudah beberapa waktu
Muhammad mengajar ajaran Islam secara tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya,
yang dikenal sebagai “as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk
Islam)” dan seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk
Mekah.
Pada
tahun 622 masehi, Nabi Muhammad saw dan pengikutnya hijrah ke Madinah.
Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah adalah pembuatan kalender Hijirah.
Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad saw
dengan hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas.
Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota
Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah
penguasaan Islam.
Agama islam
pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan, dll. Tokoh
penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan
Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan
Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim).
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri ini sambil berdakwah.
Lambat laun
penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh,
daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali
menerima agama Islam. Bahkan di Aceh kerajaan Islam pertama di Indonesia
berdiri, yakni kerajaan Samudra Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa
pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang
Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara
Muslim dari Maghribi yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M
menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan
tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa
Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam
seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka
tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan
makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang
Arab.
Sampai
dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara
secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk
Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya
penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu
kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai
dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh
Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa
kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam
dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara
lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan
Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas
Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah
sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke
Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut
kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar
menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan
Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan
Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari
pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara
juga semakin banyak. Yang sebagian besar diantaranya adalah berasal dari
Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai
yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa
Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di
Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad
ke 17 dan 18 M. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan
oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang
diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda –
menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian
yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar
kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan
ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun.
Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan
akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara
orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal
datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan nusantara,
memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai nusantara. Apalagi
mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam,
agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa
setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka
bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu /
Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka
setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan
Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa.
Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari
sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun
1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh
berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan
gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam
Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah.
Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan
kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin
Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata.
Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun
biasanya terbatas pada mazhab Syafi’i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan,
terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang
dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti
ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini,
ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan.
Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun
justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski
pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik yang licik,
namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai
pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad
16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Samudra Pasai, Banten,
Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18
seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri
(Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).
2.2 Teori Masuk dan Penyebaran Islam
Menurut para ahli sejarah, masuk dan
penyebaran islam di indonesia terdapat tiga teori, yaitu teori Gujarat, teori
Saudi, dan teori China. Yaitu :
1. Menurut teori Gujarat. Islam masuk
wilayah Indonesia dari anak benua India seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar.
Menurut Snouck Hurgronje, Islam masuk dari daerah Doccon di India, berdasarkan
fenomena sosial bahwa ajaran tasawuf yang dipraktikkan oleh orang-orang muslim
di India bagian selatan mirip dengan ajaran islam di Indonesia. Termasuk
munculnya syi’ah di daerah Sumatera atau Jawa, dugaan itu juga muncul dari
dearah India. Sebab saat itu kerajaan islam Deccon (salah satu kerjaan di
India) telah memiliki hubungan baik dengan Iran negeri pusat penyebaran paham
Syi’ah.
2. Menurut teori saudi. Pendapat yang menyatakan
bahwa islamisasi di Indonesia terjadi pada tahun 1111 atau abad ke 12 M.
Pada saat itu orang-orang Aceh dari Sumatera bagian barat laut memeluk islam
atas ajakan seorang kebangsaan Arab asli. Kemudian setelah masuk Islam mereka
mendakwahkan islam khususnya di daerah tersebut.
3. Menurut teori China. Teori yang
menyatakan bahwa masuknya islam di Indonesia langsung dari Mekah atau Madinah.
Menurut teori ini bahwa islam masuk ke Indonesia sekitar abad 7 atau 8 M. Atau
abad ke 2 H, yaitu pada masa Khulafaur Rosyidin. Ekspedisi islam ke Indonesia
dibawa langsung oleh para pedagang dari Arab sejak awal abad hijriyah atau abad
ke 7 M. Menurut sumber literatur Cina pada awal abad ke 2 hijrah telah muncul
perkampungan-perkampungan muslim Arab dipesisir pantai Sumatera. Diperkampungan
ini orang-orang muslim Arab bermukim dan menikah dengan penduduk setempat serta
membentuk komunitas-komunitas muslim. Teori ini adalah yang paling kuat dan
diterima para sejarahwan masa kini.
2.3 Sumber-sumber berita masuknya
agama dan kebudayaan islam di Indonesia
Sumber-sumber luar negeri
Berita Arab : para pedagang arab
telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan sriwijaya (abad ke 7 M) yang
menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat
termasuk selat malaka pada masa itu.
Berita Eropa : berita ini datangnya
dari Marco polo. Ketika suatu saat dia ditugaskan untuk mengantarkan puterinya
yang di persembahkan kepada kaisar romawi.
Berita India: berita ini menyebutkan
bahwa para pedagang india dari Gujarat mempunyai peranan penting dalam
penyebaran agama dan kebudayaan islam di indonesia.
Berita China: berita ini berhasil di
ketahui melalui catatan dari ma-huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan
laksamana cheng-ho. Ia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira
tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar islam yang bertempat tinggal di pantai
utara pulau jawa.
Sumber dalam negri
1.
Penemuan
sebuah batu di leran (dekat Gresik).batu bersurat itu memuat keterangan tentang
meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Makmur
2.
Makam
sultan Malikul Shaleh di Sumatra Utara yang meninggal pada bulan ramadha tahun
676 H atau tahun 1297 M.
3.
Makam
Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 M.
Ajaran-ajaran
Islam diantaranya yaitu:
- Islam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia,saling menghormati dan tolong menolong.
- Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah, derajat semua manusia sama, kecuali takwanya.
- Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang dan mengharamkan manusia saling berselisih, bermusuhan,merusak, dan saling mendengki.
- Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama manusia tanpa pilih kasih.
2.4 Cara Masuknya Islam ke
Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan
dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di
Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para
ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S.
al-Baqarah ayat 256 yaitu
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Adapun cara masuknya Islam di
Indonesia melalui beberapa cara antara lain :
1. Perdagangan
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena
orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab.Apalagi
setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan
Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang
ke Nusantara (Indonesia).Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka
mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.Artinya mereka
berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di
Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan
oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan
pengembangan kesenian wayang.Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang
bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan
gamelannya.Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat
Indonesia khususnya jawa sampai sekarang.Sedang Sunan Giri menciptakan banyak
sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng
dan lain-lain.
3. Pendidikan
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di
Indonesia.Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok
Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut.Datuk Ribandang yang mengislamkan
kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan
Giri.Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.Dan sampai sekarang pesantren
terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh
Indonesia.
4. Kekuasaan Politik
4. Kekuasaan Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara,
tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa,
misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung
perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja
Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang
dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan
komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di
Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia
dimasa mendatang.
2.5 Perkembangan Masuknya
Islam di Beberapa Wilayah Indonesia
Perkembangan
Islam di Indonesia berlangsung di beberapa tempat, yaitu Sumatera, Jawa,
Sulawesi, Kalimantan, Maliku, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara.
a. Perkembangan Islam di Sumatera.
Pada
pertengahan abad ke-13, di Sumatera telah berdiri kerajaan Islam Samudera Pasai
yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, kerajaan ini terletak di
pesisir timur laut aceh yang sekarang merupakan wilayah Kabupaten Lhouksumawe.
Samudera Pasai adalah sebuah kerajaan maritim, samudera pasai telah mengadakan
hubungan dengan Sultan Delhi di India pada pelayaran kerajaan Samudra Pasai
merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpulnya para ulama dari
berbagai negara Islam.
b. Perkembangan Islam di Jawa
Perkembangan di Jawa tidak bisa
dipisahkan dari peranan wali, jumlah wali yang terkenal sampai sekarang adalah
sembilan, yang dalam bahasa dikenal dengan sebutan WALI SONGO. Para wali yang
termasuk dalam wali songo adalah sebagai berikut :
a. Sunan
Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana
malik ibrahim juga dikenal dengan panggilan Maulana Maghribi atau syekh
Magribi, karena berasal dari wilayah Maghribi, Afrika Utara. Kedatangannya
dianggap sebagai permulaan masuknya Islam di Jawa. Maulana Malik Ibrahim
menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati masyarakat terhadap
Islam.
b. Sunan
Ampel (Raden Rahmat)
Pada
awal penyiaran Islam di pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan masyarakat
menganut keyakinan Islam yang murni. Ia tidak setuju dengan kebiasaan
masyarakat Jawa, seperti kenduri, selamatan dan sesaji. Hal itu terlihat dari
persetujuannya ketika Sunan Kalijaga, dalam ocehannya menarik umat Hindhu dan
Budha mengusulkan agar adat istiadat Jawa itulah yang diberi warna Islam
c. Sunan
Bonang (Makhdum Ibrahim)
Dalam
menyebarkan agama Islam, ia selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan
masyarakat yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Sunan Bonang
memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban. Dalam aktifitasnnya ia mengganti nama
dewa dengan nama-nama malaikat.
d. Sunan
Giri (Raden Paku atau ‘Ainul Yaqin)
Sunan Giri memulai aktifitas
dakwahnya didaerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan pesantren yang
santrinya kebanyakan berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Sunan Giri
terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis.
e. Sunan
Drajat (Raden Kasim)
Sunan Drajat juga tidak ketinggalan
untuk menciptakan tembang jawa yang sampai saat ini masih digemari masyarakat,
yaitu tembang pangkur. Hal yang paling menonjol dalam dakwah sunan drajat ialah
perhatiannya yang serius pada masalah-masalah sosial, ia selalu menekan bahwa
memberi pertolongan kepada masyarakat umum.
f. Sunan
Kalijaga (Raden Said)
Ketika para wali memutuskan untuk
menggunakan pendekatan kultural termasuk pemanfaatan wayang dan gamelan sebagai
media dakwah, orang yang paling berjasa dalam hal ini adalah Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga mengarang aneka cerita wayang bernafaskan Islam terutama
mengenai etika.
g.
Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Sunan
Kudus mengajarkan agama Islam didaerah Kudus dan sekitarnya, ia mempunyai
keahlian khusus dalam ilmu fiqih, urul fiqih, tauhid, hadits, tafsir dan
logika. Oleh karena itu ia mendapat julukan waliyyul ‘ilmi. Sunan Kudus juga
melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural.
h.
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria memusatkan kegiatan
dakwahnya di Gunung Muria yang terletak 18 km sebelah utara kota Kudus. Cara
yang ditempuhnya dalam menyiarkan agama islam adalah dengan mengadakan
kursus-kursus bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa.
i. Sunan
Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan gunung Jati lahir di Mekkah
pada tahun 1448. ia mengembangkan ajaran islam di cirebon, majalengka,
kuningan, kawali, sunda kelapa dan banten sebagai dasar bagi perkembanganislam
di Banten.
c.
Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknya islam di Sulawesi tidak
terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu karena Sunan Giri
menyelenggarakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari luar Jawa,
seperti ternate dan hiu. Pada abad ke-16 di sulsel telah berdiri kerajaan
hindhu gowa dan tallo. Penduduknya banyak yang memeluk agama islam karena
hubungannya dengan kesultanan Ternate.
d. Perkembangan Islam di Kalimantan
Pada
abad ke-16, islam mulai memasuki kerajaan Sukadana. Dibagian selatan Kalimantan
berdiri kerajaan islam banjar pada sekitar tahun 1526. Panngeran Suriansyah
merupakan tokoh yang amat penting dalam sejarah islam di Kalimantan. Dalam
usaha mengembangkan islam/ Syekh muhamad arsyad al-Banjari mendirikan pondok
pesantren untuk menampung santri yang datang dari berbagai pelosok Kalimantan.
Pada masa berikutnya muncul seorang pahlawan Kalimatan yang sangat berjasa
dalam mengembangkan islam. Ia adalah Sultan Amirudin Khalifatul Mukminin atau
yang lebih dikenal nama pangeran Antasari.
e. Perkembangan Islam di Maluku dan Irian
e. Perkembangan Islam di Maluku dan Irian
Jaya
Penyebaran islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang
berasal dari Ternate dan Hitu. Di Maluku ada 4 kerajaan bersaudara yang berasal
dari keturunan yang sama yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Raja Tidore
masuk islam dan mengganti nama menjadi Sultan Jamalludin.
Demikian juga raja Jailolo, ia masuk isalm dan mengganti nama menjadi Sultan Hassanudin. Peran kesultanan Ternate dalam penyebaran islam baru dimulai pada masa Sultan Zaenal Abidin. Ia juga berhasil mengambangkan islam ke Maluku dan Irian Jaya bahkan sampai ke Filipina.
2.6 Hikmah Sejarah
Perkembangan Islam di Indonesia
Setelah memahami bahwa perkembangan
Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang khas dan memiliki karakter
tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah, diantaranya
sebagai berikut :
- Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.
- Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
- Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskipun Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
2.7 Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Banyak
manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut :
1.
Kehadiran
para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di
bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas
suatu kepercayaan yang sudah ada di Nusantara ini.
2.
Hasil
karaya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber
pengetahuan.
3.
Kita
dapat meneladani Wali Songo
4.
Menjadikan
masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
5.
Mampu
membangaun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur
hingga kee seluruh pelosok Nusantara.
6.
Mampu
memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama,
baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
7.
Seorang
ulama atau ilmuwan dituntut oleh islam untuk mempraktikan tingkah laku yang
penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi
berikutnya.
8.
Para
ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan
yang tidak sebanding.
2.8
Peradaban Islam di Masa Depan
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman didalam Al-qur’an :
“Dialah yang telah mengutus
Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk
dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak
menyukai.” (QS At-Taubah : 33)
Janji telah diberikan oleh Allah Swt
melalui firman-Nya itu, bahwa Islam dengan kearifan dan kebijaksanaannya itu
mampu mengalahkan agama-agama lain. Namun tidak sedikit yang mengira bahwa
janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi Salallahu Alaihi wa Salam , masa
Khulafaur-Rasyidin dan pada masa khalifah-khalifah sesudahnya yang bijaksana.
Padahal kenyataannya tidak demikian. Yang sudah terealisasi saat itu hanyalah
sebagian kecil dari janji di atas, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasul
Salallahu Alaihi wa Salam melalui sabdanya yang artinya:
“Malam
dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Latta dan Al-‘Uzza telah disembah. Lalu
Aisyah bertanya: “Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa takkala Allah
menurunkan firman-Nya “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa)
petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala
agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai, hal itu telah sempurna
(realisasinya).”Belau menjawab: “Hal itu akan terealisasi pada saat yang
ditentukan oleh Allah.” [Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam-Imam
yang lain]
Dari hadits diatas tidak diragukan
lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan semata-mata atas izin pertolongan
dari Allah Swt, dengan catatan harus tetap kita perjuangkan. Perjuangan dapat
dilakukan dengan cara berjihad. Namun maksud jihad disini bukanlah peperangan
atau pembunuhan massal pada kaum non muslim. Tapi melainkan dengan cara
meningkatkan mutu pendidikan yang canggih namun tidak keluar dari nilai-nilai
ajaran islam.
Sudah
menjadi pemahaman bahwa kemenangan yang diraih dunia Barat dari umat Islam
ketika sedang dalam keadaan lemah dan kondisi yang rapuh seperti saat ini,
bukanlah disebabkan oleh kekuatan mereka semata, bukan pula karena kelemahan
umat Islam. Tetapi semua itu disebabkan buruknya pola berpikir dan rendahnya
tingkat pengetahuan umat Islam tentang Dienul Islam itu sendiri.Masa depan
dunia Islam tergantung pada tindakan yang diambil umat Islam sekarang ini. Jika
umat Islam telah terlalu jauh dan berpaling dari agama mereka maka mereka akan
jatuh pada musibah ketertindasan dan keterjajahan.
Oleh
karena itu umat Islam harus menyadari bahwa hanya dengan kembali kepada Islam,
umat Islam akan dapat meraih kembali kemuliaan, lepas dari segala bentuk
penjajahan yang selama ini membelenggu. Tiada lain jalan yang ditempuh selain
kembali kepada Islam sesuai pemahaman para Shahabat dan Salafussholih.
Mengikuti apa yang telah dicontohkan Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin dalam
melaksanakan syariat Islam baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan
bernegara.
Seperti
yang telah Allah SWT umpamakan dalam surat Ibrahim 14: ayat 24-26 yaitu ;
“Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan
perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.”
(QS. Ibrahim [14]: 24-26).
Allah telah menjanjikan kejayaan
Islam di masa yang akan datang cepat atau lambat, pilihan umat Islam saat ini
adalah apakah ikut turut andil ataukah tidak? Jika ikut turut andil menuju
kejayaan dan kebangkitan peradaban Islam maka akan menjadi golongan orang-orang
yang beruntung, mendapatkan pahala yang amat besar. Namun sebaliknya, jika
hanya diam, duduk manis menonton, mengikuti arus dunia, individualis, acuh tak
acuh terhadap kondisi umat, dan enggan berjuang di JalanNya karena lebih
mencintai dunia dari pada cinta kepada Allah dan Rasul maka tunggulah keputusan
Allah.
Maka dari
itu untuk mewujudkan kemenangan peradaban islam di masa depan yaitu dengan
mengerahkan segala bentuk upaya memaksimalkan potensi yang dimiliki. Di antara
potensi yang dimiliki umat yaitu berupa masjid dan kaum intelektual. Tanpa
menafikkan potensi lain, masjid dan kaum intelektual berperan besar di dalam
upaya mewujudkan kemenangan peradaban islam di masa depan. Inilah yang
dicontohkan para ulama, mereka memaksimalkan potensi dalam membangun peradaban
Islam yang jaya.