OLEH
PUPUT RAHMADANIAH
1205095005
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2013/2014
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Observasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
B. Fungsi dan tujuan Observasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
C. Manfaat Observasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
D. Jenis-jenis Observasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
E. Kelebihan Observasi dan Kekurangan Observasi. . . . . . . . . . . . . . . . .11
F. Pedoman Observasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
G. Cara Merangcang Observasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
H. Alat Pencatat Observasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB III PENUTUP
A. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17
B. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .18
CONTOH OBSERVASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode observasi merupakan metode assesment yang tertua dalam psikologi. Metode observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku verbal maupun non - verbal. Begitu pula halnya dengan ujian masuk perguruan tinggi. Metode observasi paling banyak digunakan dalam mengkaji perkembangan dan pendidikan anak. Observasi langsung merupakan bagian penting dari proses penemuan, dalam pengajaran maupun penelitian.
Observasi merupakan sarana untuk menggeneralisasi hipotesis atau ide. Pemahaman yang diperoleh dari observasi tersebut dapat dijadikan landasan untuk merancang aktivitas yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Observasi dapat digunakan sebagai sarana untuk menjawab suatu pertanyaan khusus/spesifik. Observasi dapat memberikan gambaran yang lebih realistik tentang suatu peristiwa atau perilaku, dibandingkan metode pengumpulan informasi lainnya . melalui observasi dimungkinkan untuk mengukur perilaku anak yang tidak dapat diukur dengan alat lain, misalnya pada anak yang memiliki kemampuan bahasa terbatas dan mengalami kesulitan .melalui observasi dimungkinkan bagi peneliti atau praktisi untuk memahami perilaku anak dengan lebih baik , observasi dapat menjadi sarana dalam melakukan evaluasi.
Metode observasi merupakan metode assesment yang tertua dalam psikologi. Metode observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku verbal maupun non - verbal. Begitu pula halnya dengan ujian masuk perguruan tinggi. Metode observasi paling banyak digunakan dalam mengkaji perkembangan dan pendidikan anak. Observasi langsung merupakan bagian penting dari proses penemuan, dalam pengajaran maupun penelitian.
Observasi merupakan sarana untuk menggeneralisasi hipotesis atau ide. Pemahaman yang diperoleh dari observasi tersebut dapat dijadikan landasan untuk merancang aktivitas yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Observasi dapat digunakan sebagai sarana untuk menjawab suatu pertanyaan khusus/spesifik. Observasi dapat memberikan gambaran yang lebih realistik tentang suatu peristiwa atau perilaku, dibandingkan metode pengumpulan informasi lainnya . melalui observasi dimungkinkan untuk mengukur perilaku anak yang tidak dapat diukur dengan alat lain, misalnya pada anak yang memiliki kemampuan bahasa terbatas dan mengalami kesulitan .melalui observasi dimungkinkan bagi peneliti atau praktisi untuk memahami perilaku anak dengan lebih baik , observasi dapat menjadi sarana dalam melakukan evaluasi.
B. Rumusan Masalah
Sebelum melakukan pembahasan lebih lanjut, maka perlu dikemukakan batasan masalah yang akan di teliti dalam penilitian ini agar diperoleh pemahaman yang lebih baik.
1. Apa pengertian observasi?
2. Apa fungsi dan tujuan observasi?
3. Apa manfaat observasi?
4. Sebutkan jenis-jenis observasi!
5. Sebutkan kekurangan dan kelebihan observasi!
6. Bagaimana cara merancang observasi?
7. Berikanlah contoh observasi
BAB II
KAJIAN TEORI
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.
Observasi harus dilakukan pada beberapa periode waktu. Walaupun tidak ada ketetapan waktu khusus pada pelaksanaan pengamatan, akan tetapi semakin lama dan semakin sering dilakukan, akan memantapkan reliabilitas hasil pengamatan. Selain itu, teknik ini perlu dilakukan pada situasi berbeda dan situasi natural karena tingkah laku yang alami atau apa adanya akan tampil pada situasi yang alami.
Pengamatan juga harus dilakukan dalam konteks situasi keseluruhan. Dan data hasil pengamatan harus diintegrasikan dengan data lain. Saat melakukan analisis hal yang sangat penting adalah menyertakan semua data atau hal tentang objek yang diamati.
Kegiatan pengamatan juga harus dilakukan pada kondisi yang baik. Pengamat yang lelah, situasi yang tidak menguntungkan atau banyak gangguan akan mempengaruhi hasil pengamatan.
Observasi merupakan kegiatan yang memperhatikan secara akurat, kemudiam mencatat fenomena yg muncul selanjutnya melihat hubungan antar aspek dlm fenomena tersebut.
Pengertian observasi Menurut Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998: 63)
menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
Pengertian observasi Menurut Moleong
Tidak memberikan batasan tentang observasi, tetapi menguraikan beberapa pokok persoalan dalam membahas observasi, diantaranya:
1. Alasan pemanfaatan pengamatan,
2. Macam-macam pengamatan dan derajat peranan pengamat (Moleong, 2001: 125).
Pengertian observasi Menurut Flick (2002: 135)
menjelaskan tentang observasi sebagai berikut: disamping kemampuan berbicara dan mendengarkan sebagaimana digunakan dalam wawancara-wawancara, observasi merupakan keterampilan harian lain sebagai secara metodelogis disistematisir dan diterapkan dalam penelitian kualitatif. Tidak hanya persepsi visual tetapi juga persepsi berdasarkan pendengaran, perasaan dan penciuman yang diintegrasikan.
Pengamatan merupakan teknik pegumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki
Sebagai salah satu teknik nontes observasi memiliki nilai :
(a). Memberikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui teknik lain.
(b). Memberikan tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain,
(c). Dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak diketahui.
(d). Pengamatan bersifat selektif.
(e). Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan
B. Fungsi dan Tujuan Observasi
fungsi dari diadakannya observasi:
1. untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
2. untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung
3. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang bersifat eksploratif. Bila kita belum mengetahui sama sekali permasalahan, biasanya penelitian-penelitian pertama dilakukan melalui pengamatan di tempat-tempat gejala terjadi.
4. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih mendalam. Dalam hal ini,biasanya observasi dijadikan sebagai metode pembantu untuk menunjang wawancara sebagai metode utama. Observasi akan membantu untuk mengontrol/memeriksa di lapangan, seberapa jauh hasil wawancara tersebut sesuai dengan fakta yang ada.
5. Sebagai metode utama dalam penelitian. Penelitian-penelitian yang menyangkut tingkah laku bayi maupun hewan akan mempergunakan metode observasi.
Tujuan diadakannya observasi :
Dalam melakukan pengamatan, konselor harus memiliki kriteria spesifik untuk melakukan observasi. Kita melakukan observasi untuk suatu tujuan, oleh karena itu kita melihat karakteristik individu untuk mencapai tujuan tersebut. Hal itu menjadi dasar untuk mengidentifikasi kriteria spesifik yang akan mengarahkan pada kita apa yang akan diamati.
Tujuan tersebut adalah:
1. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya
2. Mendeskripsikan kejadian, orang, kegiatan dan maknanya bagi mereka (bukan bagi observer).
3. Memperoleh data ilmiah yang akan digunakan untuk penelitian maupun untuk tujuan assesment.
4. untuk dapat mendeskripsikan Setting yang akan dipelajari atau di teliti, dengan observasi ini juga kita dapat mengetahui siapa saja orang-orang yang terlibat dalam aktifitas yang di teliti, selain itu kita juga dapat mengetahui makna dari setiap kejadian yang terjadi.
5. mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.
Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:
1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.
C. Manfaat Observasi
Manfaat dari Observasi adalah sebagai peneliti kita jadi lebih memahami suatu kejadian yang di teliti lebih baik dan lebih dalam, kadang peneliti juga manemui hal-hal baru dari penelitiannya tidak hanya membuktikan hal-hal yang sudah di perkirakan, hasil penelitian dari observasi biasanya deskriptif sehingga membuat peneliti menjadi lebih objektif dan terbuka terhadap permasalahan yang di teliti.
Mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks yang diteliti atau yang terjadi.
Peneliti lebih bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan mendekati masalah secara induktif.
Penelitidapat melihat hal-hal yang oleh partisipan kurang disadari atau partisipan kurang mampu merefleksikan pemikiran tentang pengalaman itu.
Memperoleh data tentang hal-halyang tidak diungkapkan secara terbuka dengan wawancara.
Mengatasi persepsi selektif yang biasanya dimunculkan individu pada saat wawancara
Memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan Impresi dan perasaan pengamat menjadi bagian untuk memahami fenomena.
D. Jenis-jenis Observasi
Pada pelaksanaan pengamatan, dikenal beberapa jenis pengamatan yang dapat digolongkan dasi segi keterlibatan peranan observer, yaitu pengamatan partisipasi (participant abservation), pengamatan nonpartisipasi (nonparticipant observation), pengamatan kuasi partisipasi, sedangkan dari segi perencanaan dapat digolongkan pada, yaitu: pengamatan sistematis atau tersruktur (systematic or structured observation) dan pengamatan nonsistematis atau tidak terstruktur, selain itu observasi juga dapat digolongkan dari situasinya, yaitu : situasi bebas (free situation/uncontrolled situation), situasi yang dimanipulasi (manipulated situation/experimental situation) dan percampuran antara dua situasi ( partially controlled situation observation).
1. Pengamatan partisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat(konselor) turut mengambil bagian dari situasi kehidupan dan situasi dari individu(peserta didik) yang diobservasi. Misalnya konselor ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang dilakukan peserta didik disekolah, misalnya saat berolahraga, saat pramuka, dan sebagainya sehingga konselor dapatmengamati tingkah laku dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamati.
2. Pengamatan nonpartisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat (konselor) tidak turut mengambil bagian secara langsung didalam situasi kehidupan dan situasi dari individu (peserta didik) yang diobservasi. Tetapi berperan sebagi penomton. Misalnya konselor mengamati peserta didik saat melakukan berbagai aktivitas di sekolah. Seperti saat peserta didik bermain dengan teman-temannya. Berolahraga, mengikuti pelajaran di kelas, mengikuti upacara, pramuka, dan lain sebagainya. Sehingga konselor dapat mengamati tingkah laku, relasi sosial dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamati
3. Pengamatan sistematis/terstruktur
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan kerangka rencana terlebih dahulu, dimana sudah ditetapkan tujuan pengamatan, individu yang akan diamati, waktu dan tempat pengamatan, frekuensi dilakukan pengamatan, apa yang akan diamati, metode pencatatan hasil pengamatan yang akan digunakan, siapa yang akan melakukan pengamatan, dan lain sebagainya.
Pada pengamatan ini gejala, perilaku, atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati telah ditentukan kategorinya, sehingga pengamat tinggal melakukan pengecekan.
4. Pengamatan nonsistematis
Pada pengamatan ini tetap dilakukan perencanaan, hanya saja materi atau fokus apa yang akan diamati belum dibatasi atau dikategorisasi. Sehingga gejala yang diamati geraknya lebih luas tidak terbatas pada hal-hal yang dikategorikan, kalau ada kategorisasi pengamat tinggal memberikan tanda cek, sedangkan pada jenis nonsistematis, pengamat bisa mencatat hal-hal yang dianggap penting dan menonjol pada proses pengamatan.
5. Free situation
Pengamatan yang dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi bagaimana jalannya pengamatan dan dalam situasi yang tidak terkontrol. Misalnya melakukan pengamatan terhadap berbagai aktivitas peserta didik selama di sekolah.
6. Manipulasi situasi
Pengamatan yang situasinya sengaja diadakan, memasukan berbagai faktor atau variabel kondisi yang diperlukan untuk memunculkan perilaku yang diharapkan. Biasanya pengamatan ini lebih banyak dilakukan pada format eksperimen.
7. Percampuran antara dua situasi
Merupakan percampuran antara situasi bebas dan manipulasi situasi , Sebagian situasi sengaja dikondisikan sehingga sifatnya terkontrol dan sebagian lagi tetap dalam situasi bebas
E. Kelebihan dan Kekurangan Observasi
Kelebihan dan kekurangan
Sebagai salah satu metode teknik konseling nontes, observasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, sehingga beberapa antisipasi pada saat melakukan perencanaan dan pada saat melakukan pengumpulan data melalui metode pengamatan.
Untuk itu akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan metode pengamatan berikut ini:
Kelebihan observasi
(a). Membarikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui teknik lain.
(b). Memberi tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain
(c). Dapat menjaring tingkah laku nyata bila saat observasi tidak diketahui
(d). Pengamatan bersifat selektif.
(e). Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan.
Kekurangan observasi
(a). Observasi tidak dapat dilakukan terhadap beberapa situasi atau beberapa peserta didik sekaligus
(b). Hasil pengamatan pada suatu kejadian tidak dapat diulang pada waktu lain.
(c). Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan ketepatan hasil, pengamatan perlu dilakukan beberapa kali sehingga memerlukan waktu yang panjang
(d). Penafsiran terhadap hasil observasi sering kali bersifat subjektif, sehingga diperlukan keterlibatan beberapa orang pengamat
(e). Sikap pengamat, jarak waktu yang panjang antara satu situasi dengan situasi yang diamati, dan objektivitas pencatatan akan sangat mempengaruhi validitas pengamatan.
(f). Orang akan salah tingkah jika ia tahu menjadi objek observasi yang dapat menyebabkan tidak alaminya pengamatan
F. Pedoman Observasi
Langkah Penyusunan Pedoman Observasi
Penyusunan skala penilaian perlu dilakukan dengan tepat agar benar-benar menggambarkan kriteria tingkah laku atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati. Adapun langkah-langkah pembuatan skala penilaian, dapat dilihat berikut ini:
1. Menetapkan tujuan
2. Mengidentifikasi tem atau kriteria yang akan digunakan.
3. Melakukan identifikasi deskriptor dari setiap kriteria yang telah ditetapkan
4. Mengidentifikasi proses evaluasi (menetapkan klasifikasi penilaian yang digunakan, banyaknya interval skala, menetapkan evaluator, menyediakan kolom komentar, dsb)
5. Membuat format skala penilaian
6. Membuat pedoman pengisian yang jelas
Contoh langkah penyusunan skala penilaian numerik:
1. Tujuan : mengidentifikasi potensi peserta didik Drop out
2. Kriteria yang akan diamati;
(a). Minat di sekolah
(b). Relasi dengan teman sebaya
(c). Relasi dengan guru
(d). Gaya dalam memecahkan masalah
3. Membuat deskriptor dari setiap kriteria.
(a). Minat di sekolah, antara lain, perhatian di kelas, partisipasi pada kegiatan kelas, kesiapan untuk belajar
(b). Relasi dengan sebaya, antara lain frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap teman, persahabatan dengan sebaya
(c). Relasi dengan guru, antara lain, frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap terhadap guru, sikap guru.
(d). Gaya pemecahan masalah antara lain keterampilan mengatasi masalah, dapat mengatasi frustasi dan kegagalan, kebiasaan saat bekerja, dsb.
G. Cara Merangcang Observasi
Cara merancang observasi pengamatan meliputi penyusunan pedoman pengamatan, pelaksanaan pengamatan dan melakukan analisis hasil pengamatan.
1. Penyusunan pedoman pengamatan
Sebelum melakukan pengamatan, konselor perlu merancang pedomannya agar proses pengamatan tetap terarah dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah penyusunan pedoman pengamatan yaitu:
A. Menetapkan tujuan pengamatan
B. Menetapkan bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai tujuan
C. Membuat format pencatat hasil pengamatan, apakah akan digunakan catatan anekdot atau skala penilaian(penilaian numerik, skala penilaian grafis dan daftar cek). Untuk mendapat gambaran tentang prosedur pembuatan , lakukan sesusai dengan langkah-langkah pembuatan dan contoh format pencatatan hasil pengamatan.
D. Melakukan uji coba pedoman pengamatan. Untuk memperoleh data yang objektif, maka setelah pedoman pengamatan selesai disusun, perlu dilakukan uji coba pengamatan, Langkah ini juga untuk mengetahui apakah skala penilaian yang akan digunakan reliabel atau tidak.
2. Pelaksanaan pengamatan
Pada saat konselor melakukan pengamatan, perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini.
A. Menetapkan peserta didik yang aka diamati (subjek pengamatan) sesuai tujuan.
B. Menetapkan jadwal dan tempat pengamatan
C. Menetapkan jumlah peserta didik yang akan diamati
D. Menetapkan jumlah konselor yang akan berfungsi sebagai pengamat.
E. Mempersiapkan format pencatat hasil dan alat perekam gambar sesuai kebutuhan.
F. Mengambil posisi yang tidak diketahui subjek pengamatan, sehingga kehadiran pengamat tidak menarik perhatian subjek. Kemudian melaksanakan pengamatan,
G. Selama proses pengamatan, konselor harus melakukan pemusatan perhatian pada situasi dan tingkah laku yang diamati. Setiap pengamat harus mencatat segera dengan cermat dan teliti setiap tingkah laku dan situasi yang terjadi saat tingkah laku muncul seperti apa adanya, pada format pencatatan hasil pengamatan yang sudah disiapkan atau melakukan perekaman tanpa diketahui peserta didik yang diamati. Untuk menjaga validitas hasil pengamatan pada saat melakukan pencatatan, konselor sebagai pengamat tidak memasuka pendapat, pandangan ,dan penilaian apapun terhadap situasi dan tingkah laku yang diamati.Hasil pengamatan perlu didokumentasikan untuk menjaga kerahasiaan dan data hanya akan digunakan untuk kepentingan proses membantu peserta didik.
H. Menutup pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil pengamatan bersama dengan seluruh pengamat.
3. Analisis hasil pengamatan
A. Hasil pencatatan atau perekaman proses pengamatan yang dilakukan oleh setiap pengamat dikumpulkan
B. Setiap pengamat melakukan penskoran dan membuat deskripsi hasil pengamatannya.
C. Hasil pencatatan dan perekaman seluruh pengamat peserta didik, diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai dengan pokok-pokok tingkah laku yang diamati dan pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ini dilakukan dalam tim pengamat.
D. Kemudian secara bersama-sama melakukan analisi dan sintesa hasil pengamatan dan menarik kesimpulan, sehingga memperkecil kemungkinan terjadi bias hasil dan menjaga objektivitas hasil pengamatan
H. Alat Pencatat Observasi
Pada metode pengamatan, seseorang pengamat dalam hal ini konselor memerlukan alat untuk mencatat berbagai informasi hasil pengamatannya dengan cara yang tepat dan sistematis, sehingga hasil yang diperoleh merupakan gambaran apa adanya, objektif sesuai dengan situasi dan kondisi saat dilakukan pengamatan. Pada pengamatan ada beberapa alat pencatat yang digunakan sesuai dengan tujuannya, adapun beberapa alat pencatat observsi adalah catatan anekdot dan skala penilaian
1. Catatan anekdot
Merupakan alat pencatat pengamatan yang dapat digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan tingkah laku atau ucapan yang didengar dari individu atau kelompok yang diamati pada suatu konteks kejadian dalam situasi seperti apa adanya.
2. Skala penilaian
Skala penilaian merupakan metode mengandung penilaian dari pengamat terhadap orang yang diamati. Nilai skala ini terletak pada kebermaknaan karakteristik-karakteristik yang akan dinilai. Karakteristik yang akan dinilai berupa tingkah laku maupun sifat yang ditunjukan oleh individu yang diamati.
Format skala penilaian memiliki beberapa tipe, antara lain skala penilaian numerik skala penilaian grafis dan skala penilaian grafis.
(a). Skala penilaian numerik : menggunakan gradai skor angka mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.Skala angka yang digunakan dapat memiliki rentang lima sampai tujuh, yang diikuti dengan penjelasan singkat tentang tingkatan penilaian tingkah laku atau sifat yang akan diamati.
(b). Skala penilaian grafis : merupakan format skala yang menggunakan suatu garis kontinum. Dimana titik gradasi ditunjukan pada garis dengan menyajikan rangkaian deskripsi singkat dibawah garisnya.
(c). Daftar cek berisi aspek-aspek yang mungkin terdapat pada situasi, tingkah laku, maupun kegiatan peserta didik yang menjadi pusat perhatian. Penyusunan alat ini direncanakan dengan sistematis, dan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Bentuknya berupa format yang efesien dan efektif, dapat diperiksa validitas dan reliabilitasnya, bersifat kuantitatif, dan hasilnya diolah sesuai tujuannya.
Dalam melakukan observasi ada baiknya memilih objek observasi yang baik , bukan yang sembarangan agar hasil dari observasi dapat optimal, kemudian lakukan observasi berkelanjutan agar lebih akurat. Dan dalam melakukan observasi buatlah suasana senarutal mungkin agar tidak ada kebohongan dalam hasil yang observasi tersebut.
B. Kesimpulan
Observasi merupakan salah satu instrument pengumpulan data yang dapat melengkapi kekurangan metode lain dalam pengumpulan data. Sebelum melakukan observasi, observer sebaiknya menentukan tujuan khususnya agar observasi terfokus pada apa yang diinginkan. Kemudian, Agar observasi dapat efektif dan efisien sebaiknya observer membuat pedoman observasi terlebih dahulu, lalu kemudian melakukan observasi.
Djemari Marpadi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes.
Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Walgito,B, 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi &Karir), Yogyakarta : CV Andi Offset
Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Kegiatan pengamatan juga harus dilakukan pada kondisi yang baik. Pengamat yang lelah, situasi yang tidak menguntungkan atau banyak gangguan akan mempengaruhi hasil pengamatan.
Observasi merupakan kegiatan yang memperhatikan secara akurat, kemudiam mencatat fenomena yg muncul selanjutnya melihat hubungan antar aspek dlm fenomena tersebut.
Pengertian observasi Menurut Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998: 63)
menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
Pengertian observasi Menurut Moleong
Tidak memberikan batasan tentang observasi, tetapi menguraikan beberapa pokok persoalan dalam membahas observasi, diantaranya:
1. Alasan pemanfaatan pengamatan,
2. Macam-macam pengamatan dan derajat peranan pengamat (Moleong, 2001: 125).
Pengertian observasi Menurut Flick (2002: 135)
menjelaskan tentang observasi sebagai berikut: disamping kemampuan berbicara dan mendengarkan sebagaimana digunakan dalam wawancara-wawancara, observasi merupakan keterampilan harian lain sebagai secara metodelogis disistematisir dan diterapkan dalam penelitian kualitatif. Tidak hanya persepsi visual tetapi juga persepsi berdasarkan pendengaran, perasaan dan penciuman yang diintegrasikan.
Pengamatan merupakan teknik pegumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki
Sebagai salah satu teknik nontes observasi memiliki nilai :
(a). Memberikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui teknik lain.
(b). Memberikan tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain,
(c). Dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak diketahui.
(d). Pengamatan bersifat selektif.
(e). Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan
B. Fungsi dan Tujuan Observasi
fungsi dari diadakannya observasi:
1. untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
2. untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung
3. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang bersifat eksploratif. Bila kita belum mengetahui sama sekali permasalahan, biasanya penelitian-penelitian pertama dilakukan melalui pengamatan di tempat-tempat gejala terjadi.
4. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih mendalam. Dalam hal ini,biasanya observasi dijadikan sebagai metode pembantu untuk menunjang wawancara sebagai metode utama. Observasi akan membantu untuk mengontrol/memeriksa di lapangan, seberapa jauh hasil wawancara tersebut sesuai dengan fakta yang ada.
5. Sebagai metode utama dalam penelitian. Penelitian-penelitian yang menyangkut tingkah laku bayi maupun hewan akan mempergunakan metode observasi.
Tujuan diadakannya observasi :
Dalam melakukan pengamatan, konselor harus memiliki kriteria spesifik untuk melakukan observasi. Kita melakukan observasi untuk suatu tujuan, oleh karena itu kita melihat karakteristik individu untuk mencapai tujuan tersebut. Hal itu menjadi dasar untuk mengidentifikasi kriteria spesifik yang akan mengarahkan pada kita apa yang akan diamati.
Tujuan tersebut adalah:
1. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya
2. Mendeskripsikan kejadian, orang, kegiatan dan maknanya bagi mereka (bukan bagi observer).
3. Memperoleh data ilmiah yang akan digunakan untuk penelitian maupun untuk tujuan assesment.
4. untuk dapat mendeskripsikan Setting yang akan dipelajari atau di teliti, dengan observasi ini juga kita dapat mengetahui siapa saja orang-orang yang terlibat dalam aktifitas yang di teliti, selain itu kita juga dapat mengetahui makna dari setiap kejadian yang terjadi.
5. mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.
Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:
1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.
C. Manfaat Observasi
Manfaat dari Observasi adalah sebagai peneliti kita jadi lebih memahami suatu kejadian yang di teliti lebih baik dan lebih dalam, kadang peneliti juga manemui hal-hal baru dari penelitiannya tidak hanya membuktikan hal-hal yang sudah di perkirakan, hasil penelitian dari observasi biasanya deskriptif sehingga membuat peneliti menjadi lebih objektif dan terbuka terhadap permasalahan yang di teliti.
Mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks yang diteliti atau yang terjadi.
Peneliti lebih bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan mendekati masalah secara induktif.
Penelitidapat melihat hal-hal yang oleh partisipan kurang disadari atau partisipan kurang mampu merefleksikan pemikiran tentang pengalaman itu.
Memperoleh data tentang hal-halyang tidak diungkapkan secara terbuka dengan wawancara.
Mengatasi persepsi selektif yang biasanya dimunculkan individu pada saat wawancara
Memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan Impresi dan perasaan pengamat menjadi bagian untuk memahami fenomena.
D. Jenis-jenis Observasi
Pada pelaksanaan pengamatan, dikenal beberapa jenis pengamatan yang dapat digolongkan dasi segi keterlibatan peranan observer, yaitu pengamatan partisipasi (participant abservation), pengamatan nonpartisipasi (nonparticipant observation), pengamatan kuasi partisipasi, sedangkan dari segi perencanaan dapat digolongkan pada, yaitu: pengamatan sistematis atau tersruktur (systematic or structured observation) dan pengamatan nonsistematis atau tidak terstruktur, selain itu observasi juga dapat digolongkan dari situasinya, yaitu : situasi bebas (free situation/uncontrolled situation), situasi yang dimanipulasi (manipulated situation/experimental situation) dan percampuran antara dua situasi ( partially controlled situation observation).
1. Pengamatan partisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat(konselor) turut mengambil bagian dari situasi kehidupan dan situasi dari individu(peserta didik) yang diobservasi. Misalnya konselor ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang dilakukan peserta didik disekolah, misalnya saat berolahraga, saat pramuka, dan sebagainya sehingga konselor dapatmengamati tingkah laku dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamati.
2. Pengamatan nonpartisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat (konselor) tidak turut mengambil bagian secara langsung didalam situasi kehidupan dan situasi dari individu (peserta didik) yang diobservasi. Tetapi berperan sebagi penomton. Misalnya konselor mengamati peserta didik saat melakukan berbagai aktivitas di sekolah. Seperti saat peserta didik bermain dengan teman-temannya. Berolahraga, mengikuti pelajaran di kelas, mengikuti upacara, pramuka, dan lain sebagainya. Sehingga konselor dapat mengamati tingkah laku, relasi sosial dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamati
3. Pengamatan sistematis/terstruktur
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan kerangka rencana terlebih dahulu, dimana sudah ditetapkan tujuan pengamatan, individu yang akan diamati, waktu dan tempat pengamatan, frekuensi dilakukan pengamatan, apa yang akan diamati, metode pencatatan hasil pengamatan yang akan digunakan, siapa yang akan melakukan pengamatan, dan lain sebagainya.
Pada pengamatan ini gejala, perilaku, atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati telah ditentukan kategorinya, sehingga pengamat tinggal melakukan pengecekan.
4. Pengamatan nonsistematis
Pada pengamatan ini tetap dilakukan perencanaan, hanya saja materi atau fokus apa yang akan diamati belum dibatasi atau dikategorisasi. Sehingga gejala yang diamati geraknya lebih luas tidak terbatas pada hal-hal yang dikategorikan, kalau ada kategorisasi pengamat tinggal memberikan tanda cek, sedangkan pada jenis nonsistematis, pengamat bisa mencatat hal-hal yang dianggap penting dan menonjol pada proses pengamatan.
5. Free situation
Pengamatan yang dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi bagaimana jalannya pengamatan dan dalam situasi yang tidak terkontrol. Misalnya melakukan pengamatan terhadap berbagai aktivitas peserta didik selama di sekolah.
6. Manipulasi situasi
Pengamatan yang situasinya sengaja diadakan, memasukan berbagai faktor atau variabel kondisi yang diperlukan untuk memunculkan perilaku yang diharapkan. Biasanya pengamatan ini lebih banyak dilakukan pada format eksperimen.
7. Percampuran antara dua situasi
Merupakan percampuran antara situasi bebas dan manipulasi situasi , Sebagian situasi sengaja dikondisikan sehingga sifatnya terkontrol dan sebagian lagi tetap dalam situasi bebas
E. Kelebihan dan Kekurangan Observasi
Kelebihan dan kekurangan
Sebagai salah satu metode teknik konseling nontes, observasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, sehingga beberapa antisipasi pada saat melakukan perencanaan dan pada saat melakukan pengumpulan data melalui metode pengamatan.
Untuk itu akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan metode pengamatan berikut ini:
Kelebihan observasi
(a). Membarikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui teknik lain.
(b). Memberi tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain
(c). Dapat menjaring tingkah laku nyata bila saat observasi tidak diketahui
(d). Pengamatan bersifat selektif.
(e). Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan.
Kekurangan observasi
(a). Observasi tidak dapat dilakukan terhadap beberapa situasi atau beberapa peserta didik sekaligus
(b). Hasil pengamatan pada suatu kejadian tidak dapat diulang pada waktu lain.
(c). Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan ketepatan hasil, pengamatan perlu dilakukan beberapa kali sehingga memerlukan waktu yang panjang
(d). Penafsiran terhadap hasil observasi sering kali bersifat subjektif, sehingga diperlukan keterlibatan beberapa orang pengamat
(e). Sikap pengamat, jarak waktu yang panjang antara satu situasi dengan situasi yang diamati, dan objektivitas pencatatan akan sangat mempengaruhi validitas pengamatan.
(f). Orang akan salah tingkah jika ia tahu menjadi objek observasi yang dapat menyebabkan tidak alaminya pengamatan
F. Pedoman Observasi
Langkah Penyusunan Pedoman Observasi
Penyusunan skala penilaian perlu dilakukan dengan tepat agar benar-benar menggambarkan kriteria tingkah laku atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati. Adapun langkah-langkah pembuatan skala penilaian, dapat dilihat berikut ini:
1. Menetapkan tujuan
2. Mengidentifikasi tem atau kriteria yang akan digunakan.
3. Melakukan identifikasi deskriptor dari setiap kriteria yang telah ditetapkan
4. Mengidentifikasi proses evaluasi (menetapkan klasifikasi penilaian yang digunakan, banyaknya interval skala, menetapkan evaluator, menyediakan kolom komentar, dsb)
5. Membuat format skala penilaian
6. Membuat pedoman pengisian yang jelas
Contoh langkah penyusunan skala penilaian numerik:
1. Tujuan : mengidentifikasi potensi peserta didik Drop out
2. Kriteria yang akan diamati;
(a). Minat di sekolah
(b). Relasi dengan teman sebaya
(c). Relasi dengan guru
(d). Gaya dalam memecahkan masalah
3. Membuat deskriptor dari setiap kriteria.
(a). Minat di sekolah, antara lain, perhatian di kelas, partisipasi pada kegiatan kelas, kesiapan untuk belajar
(b). Relasi dengan sebaya, antara lain frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap teman, persahabatan dengan sebaya
(c). Relasi dengan guru, antara lain, frekuensi dan kebiasaan interaksi, sikap terhadap guru, sikap guru.
(d). Gaya pemecahan masalah antara lain keterampilan mengatasi masalah, dapat mengatasi frustasi dan kegagalan, kebiasaan saat bekerja, dsb.
G. Cara Merangcang Observasi
Cara merancang observasi pengamatan meliputi penyusunan pedoman pengamatan, pelaksanaan pengamatan dan melakukan analisis hasil pengamatan.
1. Penyusunan pedoman pengamatan
Sebelum melakukan pengamatan, konselor perlu merancang pedomannya agar proses pengamatan tetap terarah dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah penyusunan pedoman pengamatan yaitu:
A. Menetapkan tujuan pengamatan
B. Menetapkan bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai tujuan
C. Membuat format pencatat hasil pengamatan, apakah akan digunakan catatan anekdot atau skala penilaian(penilaian numerik, skala penilaian grafis dan daftar cek). Untuk mendapat gambaran tentang prosedur pembuatan , lakukan sesusai dengan langkah-langkah pembuatan dan contoh format pencatatan hasil pengamatan.
D. Melakukan uji coba pedoman pengamatan. Untuk memperoleh data yang objektif, maka setelah pedoman pengamatan selesai disusun, perlu dilakukan uji coba pengamatan, Langkah ini juga untuk mengetahui apakah skala penilaian yang akan digunakan reliabel atau tidak.
2. Pelaksanaan pengamatan
Pada saat konselor melakukan pengamatan, perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini.
A. Menetapkan peserta didik yang aka diamati (subjek pengamatan) sesuai tujuan.
B. Menetapkan jadwal dan tempat pengamatan
C. Menetapkan jumlah peserta didik yang akan diamati
D. Menetapkan jumlah konselor yang akan berfungsi sebagai pengamat.
E. Mempersiapkan format pencatat hasil dan alat perekam gambar sesuai kebutuhan.
F. Mengambil posisi yang tidak diketahui subjek pengamatan, sehingga kehadiran pengamat tidak menarik perhatian subjek. Kemudian melaksanakan pengamatan,
G. Selama proses pengamatan, konselor harus melakukan pemusatan perhatian pada situasi dan tingkah laku yang diamati. Setiap pengamat harus mencatat segera dengan cermat dan teliti setiap tingkah laku dan situasi yang terjadi saat tingkah laku muncul seperti apa adanya, pada format pencatatan hasil pengamatan yang sudah disiapkan atau melakukan perekaman tanpa diketahui peserta didik yang diamati. Untuk menjaga validitas hasil pengamatan pada saat melakukan pencatatan, konselor sebagai pengamat tidak memasuka pendapat, pandangan ,dan penilaian apapun terhadap situasi dan tingkah laku yang diamati.Hasil pengamatan perlu didokumentasikan untuk menjaga kerahasiaan dan data hanya akan digunakan untuk kepentingan proses membantu peserta didik.
H. Menutup pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil pengamatan bersama dengan seluruh pengamat.
3. Analisis hasil pengamatan
A. Hasil pencatatan atau perekaman proses pengamatan yang dilakukan oleh setiap pengamat dikumpulkan
B. Setiap pengamat melakukan penskoran dan membuat deskripsi hasil pengamatannya.
C. Hasil pencatatan dan perekaman seluruh pengamat peserta didik, diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai dengan pokok-pokok tingkah laku yang diamati dan pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ini dilakukan dalam tim pengamat.
D. Kemudian secara bersama-sama melakukan analisi dan sintesa hasil pengamatan dan menarik kesimpulan, sehingga memperkecil kemungkinan terjadi bias hasil dan menjaga objektivitas hasil pengamatan
H. Alat Pencatat Observasi
Pada metode pengamatan, seseorang pengamat dalam hal ini konselor memerlukan alat untuk mencatat berbagai informasi hasil pengamatannya dengan cara yang tepat dan sistematis, sehingga hasil yang diperoleh merupakan gambaran apa adanya, objektif sesuai dengan situasi dan kondisi saat dilakukan pengamatan. Pada pengamatan ada beberapa alat pencatat yang digunakan sesuai dengan tujuannya, adapun beberapa alat pencatat observsi adalah catatan anekdot dan skala penilaian
1. Catatan anekdot
Merupakan alat pencatat pengamatan yang dapat digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan tingkah laku atau ucapan yang didengar dari individu atau kelompok yang diamati pada suatu konteks kejadian dalam situasi seperti apa adanya.
2. Skala penilaian
Skala penilaian merupakan metode mengandung penilaian dari pengamat terhadap orang yang diamati. Nilai skala ini terletak pada kebermaknaan karakteristik-karakteristik yang akan dinilai. Karakteristik yang akan dinilai berupa tingkah laku maupun sifat yang ditunjukan oleh individu yang diamati.
Format skala penilaian memiliki beberapa tipe, antara lain skala penilaian numerik skala penilaian grafis dan skala penilaian grafis.
(a). Skala penilaian numerik : menggunakan gradai skor angka mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.Skala angka yang digunakan dapat memiliki rentang lima sampai tujuh, yang diikuti dengan penjelasan singkat tentang tingkatan penilaian tingkah laku atau sifat yang akan diamati.
(b). Skala penilaian grafis : merupakan format skala yang menggunakan suatu garis kontinum. Dimana titik gradasi ditunjukan pada garis dengan menyajikan rangkaian deskripsi singkat dibawah garisnya.
(c). Daftar cek berisi aspek-aspek yang mungkin terdapat pada situasi, tingkah laku, maupun kegiatan peserta didik yang menjadi pusat perhatian. Penyusunan alat ini direncanakan dengan sistematis, dan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Bentuknya berupa format yang efesien dan efektif, dapat diperiksa validitas dan reliabilitasnya, bersifat kuantitatif, dan hasilnya diolah sesuai tujuannya.
BAB III
PENUTUP
A.SaranDalam melakukan observasi ada baiknya memilih objek observasi yang baik , bukan yang sembarangan agar hasil dari observasi dapat optimal, kemudian lakukan observasi berkelanjutan agar lebih akurat. Dan dalam melakukan observasi buatlah suasana senarutal mungkin agar tidak ada kebohongan dalam hasil yang observasi tersebut.
B. Kesimpulan
Observasi merupakan salah satu instrument pengumpulan data yang dapat melengkapi kekurangan metode lain dalam pengumpulan data. Sebelum melakukan observasi, observer sebaiknya menentukan tujuan khususnya agar observasi terfokus pada apa yang diinginkan. Kemudian, Agar observasi dapat efektif dan efisien sebaiknya observer membuat pedoman observasi terlebih dahulu, lalu kemudian melakukan observasi.
DAFTAR PUSTAKA
Winkel, W.S & Hastuti Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media AbadiDjemari Marpadi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes.
Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Walgito,B, 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi &Karir), Yogyakarta : CV Andi Offset
Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Riduwan. 2004. metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta
http://kautsarz.wordpress.com/2011/03/26/teknik-pengambilan-data-observasiwawancarakuisionersampling/
http://rialovelyjim.blogspot.com/2013/06/makalah-observasi.html
http://astrintyas14.blogspot.com/2013/03/observasi.html
CONTOH OBSERVASI
Lembar Observasi Aktivitas GuruNama Guru :
Kelas/Semester :
Hari/Tanggal :
Siklus Penelitian : Siklus ke....
Petunjuk penggunaan:
Lingkarilah angka yang tepat untuk memberikan skor pada aspek-aspek penilaian aktivitas guru dalam pembelajaran.
Adapun kriteria skor adalah
0 = tidak sesuai/tidak tampak;
1 = kurang baik;
2 = cukup;
3 = baik;
4 = sangat baik.
No.
|
Aspek
Penilian
|
Kategori
|
A.
|
Persiapan
|
-
|
1.
|
Guru
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan seksama
|
0
1 2 3 4
|
2.
|
Tujuan
pembelajarannya dinyatakan dalam kalimat yang jelas dalam RPP
|
0
1 2 3 4
|
3.
|
Materi
pembelajaran yang akan diberikan memiliki kaitan atau dapat dikaitkan dengan
materi pembelajaran sebelumnya
|
0
1 2 3 4
|
4.
|
Guru
mempersiapkan media pembelajaran
|
0
1 2 3 4
|
5.
|
Guru
mempersiapkan seting kelas untuk pembelajaran
|
0
1 2 3 4
|
6.
|
Guru
mempersiapkan siswa secara fisik dan mental
|
0
1 2 3 4
|
B.
|
Presentasi/Penyampaian
Pembelajaran
|
0
1 2 3 4
|
8.
|
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
|
0
1 2 3 4
|
9.
|
Guru
memotivasi siswa, menarik perhatian agar mengikuti proses pembelajaran dengan
baik
|
0
1 2 3 4
|
10.
|
Guru
menjelaskan materi pembelajaran dengan teknik-teknik tertentu sehingga jelas
dan mudah dipahami siswa
|
0
1 2 3 4
|
11.
|
Pembelajaran
dilaksanakan dalam langkah-langkah dan urutan yang logis
|
0
1 2 3 4
|
12.
|
Petunjuk-petunjuk
pembelajaran singkat dan jelas sehingga mudah dipahami
|
0
1 2 3 4
|
13.
|
Materi
pembelajaran baik kedalaman dan keluasannya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan siswa
|
0
1 2 3 4
|
14.
|
Selama
proses pembelajaran guru memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa
|
0
1 2 3 4
|
15.
|
Apabila
siswa bertanya, maka guru memberikan jawaban dengan jelas dan memuaskan
|
0
1 2 3 4
|
16.
|
Guru
selalu mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran pada akhir kegiatan
atau akhir sesi tertentu
|
0
1 2 3 4
|
C.
|
Metode
Pembelajaran/Pelaksanaan Pembelajaran
|
-
|
17.
|
gPembelajaran
dilakukan secara bervariasi selama alokasi waktu yang tersedia, tidak monoton
dan membosankan
|
0
1 2 3 4
|
18.
|
Apabila
terjadi suatu permasalahan maka guru dapat bertindak dengan mengambil
keputusan terbaik agar pembelajaran tetap berlangsung secara efektif dan
efisien
|
0
1 2 3 4
|
19.
|
materi
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
|
0
1 2 3 4
|
20.
|
selama
pembelajaran berlangsung guru tidak hanya berada pada posisi tertentu tetapi
bergerak secara dinamis di dalam kelasnya
|
0
1 2 3 4
|
21.
|
Apabila
tampak ada siswa yang membutuhkan bantuannya di bagian-bagian tertentu kelas,
maka guru harus bergerak dan menghampiri secara berimbang dan tidak terfokus
hanya pada beberapa gelintir siswa saja
|
0
1 2 3 4
|
22.
|
Guru
untuk mengenali dan mengetahui nama setiap siswa yang ada di dalam kelasnya
|
0
1 2 3 4
|
23.
|
Selama
pembelajaran berlangsung guru memberikan reinforcement (penguatan) kepada
siswa-siswanya dengan cara yang positif
|
0
1 2 3 4
|
24.
|
Ilustrasi
dan contoh dipilih secara hati-hati sehingga benar-benar efektif dan bukannya
malah membuat bingung siswa
|
0
1 2 3 4
|
25.
|
Media
pembelajaran di dalam pelaksanaan pembelajaran digunakan secara efektif
|
0
1 2 3 4
|
26.
|
latihan
diberikan secara efektif
|
0
1 2 3 4
|
27.
|
Guru
selalu bersikap terbuka dan tidak menganggap negatif apabila siswa melakukan kesalahanan
dalam proses belajarnya
|
0
1 2 3 4
|
D..
|
Karakteristik
Pribadi Guru
|
-
|
29.
|
gGuru
sabar terutama untuk memancing respon siswa
|
0
1 2 3 4
|
30.
|
Guru
berupaya memancing siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran
|
0
1 2 3 4
|
31.
|
Guru
bersikap tegas dan jelas
|
0
1 2 3 4
|
32.
|
Penampilan
guru menarik dan tidak membosankan
|
0
1 2 3 4
|
33.
|
Guru
menggunakan bahasa yang baik dan berterima
|
0
1 2 3 4
|
34.
|
Guru
selalu menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang selalu punya inisiatif,kreatif,
dan berprakarsa
|
0
1 2 3 4
|
Catatan Observer:
............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................
Cipanas, .................................
Observer
(Nama dan NIP)
Sumber : http://daniaactivity.blogspot.co.id/2014/01/makalah-observasi.html